Kalimat
efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan penutur/penulisnya
secara tepat sehingga dapat dipahami oleh pendengar/pembaca secara tepat pula.
Efektif dalam hal ini adalah ukuran kalimat yang memiliki kemampuan menimbulkan
gagasan atau pikiran pada pendengar atau pembaca. Dengan kata lain, kalimat
efektif adalah kalimat yang dapat mewakili pikiran penulis atau pembicara
secara tepat sehingga pendengar/pembaca dapat memahami pikiran tersebut dengan
mudah, jelas dan lengkap seperti apa yang dimaksud oleh penulis atau
pembicaranya.
UNSUR-UNSUR KALIMAT EFEKTIF
SYARAT-SYARAT KALIMAT EFEKTIF
Sumber : http://kalimatefektif2013.blogspot.com/
Unsur
kalimat adalah fungsi sintaksis yang dalam buku-buku tata bahasa Indonesia lama
lazim disebut jabatan kata dan kini disebut peran kata dalam kalimat, yaitu
subjek (S), predikat (P), objek (O), pelengkap (Pel), dan keterangan (Ket).
Kalimat bahasa Indonesia baku sekurang-kurangnya terdiri atas dua unsur, yakni
subjek dan predikat. Unsur yang lain (objek, pelengkap, dan keterangan) dalam
suatu kalimat dapat wajib hadir, tidak wajib hadir, atau wajib tidak hadir.
1.
Subjek (S)
Subjek (S) adalah bagian kalimat
menunjukkan pelaku, tokoh, sosok (benda), sesuatu hal, suatu masalah yang
menjadi pangkal/pokok pembicaraan. Subjek biasanya diisi oleh jenis kata/frasa
benda (nominal), klausa, atau frasa verbal. Untuk lebih jelasnya perhatikan
contoh sebagai berikut ini:
a.
Ayahku sedang melukis.
b. Meja direktur besar.
c.
Yang berbaju batik dosen saya.
d. Berjalan kaki menyehatkan badan.
e.
Membangun jalan layang sangat mahal.
Kata-kata yang dicetak tebal pada kalimat di atas adalah S. Contoh S yang diisi
oleh kata dan frasa benda terdapat pada kalimat (a) dan (b), contoh S yang
diisi oleh klausa terdapat pada kalimat (c), dan contoh S yang diisi oleh frasa
verbal terdapat pada kalimat (d) dan (e).
Dalam bahasa Indonesia, setiap kata, frasa, klausa pembentuk S selalu merujuk
pada benda (konkret atau abstrak). Pada contoh di atas, kendatipun jenis kata
yang mengisi S pada kalimat (c), (d) dan (e) bukan kata benda, namun hakikat
fisiknya tetap merujuk pada benda. Bila kita menunjuk pelaku pada kalimat (c)
dan (d), yang berbaju batik dan berjalan kaki tentulah orang
(benda). Demikian juga membangun jalan layang yang menjadi S pada
kalimat (e), secara implisit juga merujuk pada “hasil membangun” yang tidak
lain adalah benda juga. Di samping itu, kalau diselami lebih dalam, sebenarnya
ada nomina yang lesap, pada awal kalimat (c) sampai (e), yaitu orang pada
awal kalimat (c) dan kegiatan pada awal kalimat (d) dan (e).
Selain
ciri di atas, S dapat juga dikenali dengan cara bertanya dengan memakai kata
tanya siapa (yang)… atau apa (yang)… kepada P. Kalau ada jawaban
yang logis atas pertanyaan yang diajukan, itulah S. Jika ternyata jawabannya
tidak ada dan atau tidak logis berarti kalimat itu tidak mempunyai S. Inilah
contoh “kalimat” yang tidak mempunyai S karena tidak ada/tidak jelas pelaku
atau bendanya.
a. Bagi siswa sekolah dilarang masuk.
b. Di sini melayani obat generic.
c. Memandikan adik di pagi hari.
Contoh (a) sampai (c) belum memenuhi
syarat sebagai kalimat karena tidak mempunyai S. Kalau ditanya kepada P, siapa
yang dilarang masuk pada contoh (a) siapa yang melayani resep pada
contoh (b) dan siapa yang memandikan adik pada contoh (c), tidak ada
jawabannya. Kalaupun ada, jawaban itu terasa tidak logis.
2.
Predikat (P)
Predikat (P) adalah bagian kalimat
yang memberitahu melakukan (tindakan) apa atau dalam keadaan bagaimana subjek
(pelaku/tokoh atau benda di dalam suatu kalimat). Selain memberitahu tindakan
atau perbuatan subjek (S), P dapat pula menyatakan sifat, situasi, status,
ciri, atau jatidiri S. termasuk juga sebagai P dalam kalimat adalah pernyataan
tentang jumlah sesuatu yang dimiliki oleh S. predikat dapat juga berupa kata
atau frasa, sebagian besar berkelas verba atau adjektiva, tetapi dapat juga
numeralia, nomina, atau frasa nominal. Perhatikan contoh berikut:
a. Kuda meringkik.
b.
Ibu sedang tidur siang.
c.
Putrinya cantik jelita.
d.
Kota Jakarta dalam keadaan aman.
e.
Kucingku belang tiga.
f.
Robby mahasiswa baru.
g. Rumah Pak Hartawan lima.
Kata-kata yang dicetak tebal dalam kalimat di atas adalah P. kata meringkik pada
kalimat (a) memberitahukan perbuatan kuda. Kelompok kata sedang tidur siang pada
kalimat (b) memberitahukan melakukan apa ibu, cantik jelita pada kalimat
(c) memberitahukan bagaimana putrinya, dalam keadaan aman pada kalimat
(d) memberitahukan situasi kota Jakarta, belang tiga pada kalimat (e)
memberitahukan ciri kucingku, mahasiswa baru pada kalimat (f)
memberitahukan status Robby, dan lima pada kalimat (g) memberitahukan
jumlah rumah Pak Hartawan.
Berikut ini contoh kalimat yang tidak memiliki P karena tidak ada kata-kata
menunjuk pada perbuatan, sifat, keadaan, ciri, atau status pelaku atau
bendanya.
a.
Adik saya yang gendut lagi lucu itu.
b.
Kantor kami yang terletak di Jln.
Gatot Subroto.
c.
Bandung yang terkenal kota kembang.
Walaupun contoh
(a), (b), (c) ditulis persis seperti lazimnya kalimat normal, yaitu diawali
dengan huruf kapital dan diakhiri dengan
tanda titik, namun di dalamnya tidak ada satu kata pun yang berfungsi sebagai
P. Tidak ada jawaban atas pertanyaan melakukan apa adik yang gendut lagi lucu
(pelaku) pada contoh (a), tidak ada jawaban atas pertanyaan kenapa atau ada apa
dengan kantor di Jalan Gatot Subroto dan Bandung terkenal sebagai kota kembang
itu pada contoh (b) dan (c). karena tidak ada informasi tentang tindakan,
sifat, atau hal lain yang dituntut oleh P, maka contoh (a), (b), (c) tidak
mengandung P. Karena itu, rangkaian kata-kata yang cukup panjang pada contoh
(a), (b), (c) itu belum merupakan kalimat, melainkan baru merupakan kelompok
kata atau frasa.
3.
Objek (O)
Objek
(O) adalah bagian kalimat yang melengkapi P. objek pada umumnya diisi oleh
nomina, frasa nominal, atau klausa. Letak O selalu di belakang P yang berupa
verba transitif, yaitu verba yang menuntut wajib hadirnya O, seperi pad contoh
di bawah ini.
a.
Nurul menimang …
b.
Arsitek merancang …
c.
Juru masak menggoreng …
Verba
transitif menimang, merancang, dan menggoreng pada contoh
tersebut adalah P yang menuntut untuk dilengkapi. Unsur yang akan melengkapi P
pada ketiga kalimat itulah yang dinamakan objek.
Jika
P diisi oleh verba intransitif, O tidak diperlukan. Itulah sebabnya sifat O
dalam kalimat dikatakan tidak wajib hadir. Verba intransitive mandi, rusak,
pulang yang menjadi P dalam contoh berikut tidak menuntut untuk dilengkapi.
a.
Nenek mandi.
b.
Komputerku rusak.
c.
Tamunya pulang.
Objek
dalam kalimat aktif dapat berubah menjadi S jika kalimatnya dipasifkan.
Perhatikan contoh kalimat berikut yang letak O-nya di belakang dan ubahan
posisinya bila kalimatnya dipasifkan.
a.
1) Martina Hingis mengalahkan Yayuk
Basuki (O)
2) Yayuk Basuki (S) dikalahkan oleh Martina Hingis.
b.
1) Orang itu menipu adik saya (O)
2)
Adik saya (S) ditipu oleh oran itu.
4. Pelengkap (pel)
Pelengkap
(P) atau komplemen adalah bagian kalimat yang melengkapi P. letak Pelengkap
umumnya di belakang P yang berupa verba. Posisi seperti itu juga ditempati oleh
O, dan jenis kata yang mengisi Pel dan O juga sama, yaitu dapat berupa nomina,
frasa nominal, atau klausa. Namun, antara Pel dan O terdapat perbedaan.
Perhatikan cnntoh di bawah ini:
a. Ketua MPR membacakan Pancasila.
S
P O
b. Banyak orpospol berlandaskan Pancasila.
S
P Pel
Kedua kalimat aktif (a) dan (b) yang
Pel dan O-nya sama-sama diisi oleh nomina Pancasila, jika hendak
dipasifkan ternyata yang bisa hanya kalimat (a) yang menempatkan Pancasila
sebagai O. Ubahan kalimat (a) menjadi kalimat pasif adalah sebagai berikut:
Pancasila dibacakan oleh ketua MPR.
S
P
O
Posisi Pancasila sebagai Pel pada kalimat (b) tidak bisa dipindah ke
depan menjadi S dalam kalimat pasif. Contoh berikut adalah kalimat yang tidak
gramatikal.
Pancasila dilandasi oleh banyak
orsospol.
Hal lain yang membedakan Pel dan O
adalah jenis pengisinya. Selain diisi oleh nomina dan frasa nominal, Pelengkap
dapat juga diisi oleh frasa adjectival dan frasa preposisional.
Di samping itu, letak Pelengkap
tidak selalu persis di belakang P. Apabila dalam kalimatnya terdapat O, letak
pel adalah di belakang O sehingga urutan penulisan bagian kalimat menjadi
S-P-O-Pel. Berikut adalah beberapa contoh pelengkap dalam kalimat.
a.
Sutardji membacakan pengagumnya puisi
kontemporer.
b.
Mayang mendongengkan Rayhan Cerita
si Kancil.
c.
Sekretaris itu mengambilkan
atasannya air minum.
d.
Annisa mengirimi kakeknya kopiah
bludru.
e.
Pamanku membelikan anaknya rumah
mungil.
5.
Keterangan (ket)
Keterangan
(Ket) adalah bagian kalimat yang menerangkan berbagai hal mengenai bagian
kalimat yang lainnya. Unsur Ket dapat berfungsi menerangkan S, P, O, dan Pel.
Posisinya bersifat bebas, dapat di awal, di tengah, atau di akhir kalimat.
Pengisi Ket adalah frasa nominal, frasa preporsisional, adverbia, atau klausa.
CIRI-CIRI KALIMAT EFEKTIF
Untuk
dapat mencapai keefektifan, suatu kalimat harus memenuhi paling tidak enam
syarat berikut, yaitu adanya:
1)
Kesepadanan
Yang
dimaksud dengan kesepadanan ialah keseimbangan antara pikiran (gagasan) dan
struktur bahasa yang dipakai. Kesepadanan kalimat ini diperlihatkan oleh
kesatuan gagasan yang kompak dan kepaduan pikiran yang baik.
Kesepadanan kalimat itu memiliki beberapa ciri, seperti tercantum di bawah ini:
Kesepadanan kalimat itu memiliki beberapa ciri, seperti tercantum di bawah ini:
Kalimat
itu mempunyai subjek dan predikat dengan jelas.
Ketidakjelasan subjek atau predikat
suatu kalimat tentu saja membuat kalimat itu tidak efektif. Kejelasan subjek
dan predikat suatu kalimat dapat dilakukan dengan menghindarkan pemakaian kata
depan di, dalam bagi untuk, pada, sebagai, tentang, mengenai, menurut, dan
sebagainya di depan subjek.
Contoh:
a. Bagi semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah. (Salah)
b. Semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah. (Benar)
Contoh:
a. Bagi semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah. (Salah)
b. Semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah. (Benar)
Tidak
terdapat subjek yang ganda.
Contoh:
a. Penyusunan laporan itu saya dibantu oleh para dosen.
b. Saat itu saya kurang jelas.
Kalimat-kalimat itu dapat diperbaiki dengan cara berikut :
a. Dalam menyusun laporan itu, saya dibantu oleh para dosen.
b. Saat itu bagi saya kurang jelas.
a. Penyusunan laporan itu saya dibantu oleh para dosen.
b. Saat itu saya kurang jelas.
Kalimat-kalimat itu dapat diperbaiki dengan cara berikut :
a. Dalam menyusun laporan itu, saya dibantu oleh para dosen.
b. Saat itu bagi saya kurang jelas.
Kalimat
penghubung intrakalimat tidak dipakai pada kalimat tunggal.
Contoh:
a. Kami datang agak terlambat. Sehingga
kami tidak dapat mengikuti acara pertama.
b. Kakaknya membeli sepeda motor Honda.
Sedangkan dia membeli sepeda motor Suzuki.
Perbaikan
kalimat-kalimat ini dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama, ubahlah kalimat
itu menjadi kalimat majemuk dan kedua gantilah ungkapan penghubung intrakalimat
menjadi ungkapan penghubung antarkalimat, sebagai berikut:
a. kami datang agak terlambat sehingga kami tidak dapat mengikuti acara pertama. Atau
Kami datang terlambat. Oleh karena itu, kami tidak dapat mengikuti acara pertama.
b. Kakaknya membeli sepeda motor Honda, sedangkan dia membeli sepeda motor Suzuki.
Atau Kakaknya membeli sepeda motor Honda. Akan tetapi, dia membeli sepeda motor Suzuki.
a. kami datang agak terlambat sehingga kami tidak dapat mengikuti acara pertama. Atau
Kami datang terlambat. Oleh karena itu, kami tidak dapat mengikuti acara pertama.
b. Kakaknya membeli sepeda motor Honda, sedangkan dia membeli sepeda motor Suzuki.
Atau Kakaknya membeli sepeda motor Honda. Akan tetapi, dia membeli sepeda motor Suzuki.
Predikat
kalimat tidak didahului oleh kata yang.
Contoh:
a. Bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa Melayu.
b. Sekolah kami yang terletak di depan bioskop Gunting.
Perbaikannya adalah sebagai berikut:
a. Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu.
b. Sekolah kami terletak di depan bioskop Gunting.
a. Bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa Melayu.
b. Sekolah kami yang terletak di depan bioskop Gunting.
Perbaikannya adalah sebagai berikut:
a. Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu.
b. Sekolah kami terletak di depan bioskop Gunting.
2)
Keparalelan
Yang
dimaksud dengan keparalelan adalah kesamaan bentuk kata yang digunakan dalam
kalimat itu. Artinya, kalau bentuk pertama menggunakan nomina. Kalau bentuk
pertama menggunakan verba, bentuk kedua juga menggunakan verba.
Contoh:
Contoh:
a. Harga minyak dibekukan atau kenaikan
secara luwes.
b. Tahap terakhir penyelesaian gedung
itu adalah kegiatan pengecatan tembok, memasang penerangan, pengujian sistem
pembagian air, dan pengaturan tata ruang.
Kalimat
(a) tidak mempunyai kesejajaran karena dua bentuk kata yang mewakili predikat
terdiri dari bentuk yang berbeda, yaitu dibekukan dan kenaikan. Kalimat itu
dapat diperbaiki dengan cara menyejajarkan kedua bentuk itu.
Harga
minyak dibekukan atau dinaikkan secara luwes.
Kalimat
(b) tidak memiliki kesejajaran karena kata yang menduduki predikat tidak sama
bentuknya, yaitu kata pengecatan, memasang,pengujian, dan pengaturan. Kalimat
itu akan baik kalau diubah menjadi predikat yang nomial, sebagai berikut:
Tahap
terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan pengecatan tembok, pemasangan
penerangan, pengujian sistem pembagian air, dan pengaturan tata ruang.
3)
Ketegasan
Yang
dimaksud dengan ketegasan atau penekanan ialah suatu perlakuan penonjolan pada
ide pokok kalimat. Dalam sebuah kalimat ada ide yang perlu ditonjolkan. Kalimat
itu memberi penekanan atau penegasan pada penonjolan itu. Ada berbagai cara
untuk membentuk penekanan dalam kalimat.
Meletakkan
kata yang ditonjolkan itu di depan kalimat (di awal kalimat).
Contoh:
Presiden mengharapkan agar rakyat membangun bangsa dan negara ini dengan kemampuan yang ada pada dirinya.
Penekanannya ialah presiden mengharapkan.
Contoh:
Harapan presiden ialah agar rakyat membangun bangsa dan negaranya.
Penekanannya Harapan presiden.
Jadi, penekanan kalimat dapat dilakukan dengan mengubah posisi kalimat.
Presiden mengharapkan agar rakyat membangun bangsa dan negara ini dengan kemampuan yang ada pada dirinya.
Penekanannya ialah presiden mengharapkan.
Contoh:
Harapan presiden ialah agar rakyat membangun bangsa dan negaranya.
Penekanannya Harapan presiden.
Jadi, penekanan kalimat dapat dilakukan dengan mengubah posisi kalimat.
Membuat
urutan kata yang bertahap
Contoh:
Bukan seribu, sejuta, atau seratus, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada anak-anak terlantar.
Seharusnya:
Bukan seratus, seribu, atau sejuta, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada anak-anak terlantar.
Bukan seribu, sejuta, atau seratus, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada anak-anak terlantar.
Seharusnya:
Bukan seratus, seribu, atau sejuta, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada anak-anak terlantar.
Melakukan
pengulangan kata (repetisi).
Contoh:
Saya suka kecantikan mereka, saya suka akan kelembutan mereka.
Saya suka kecantikan mereka, saya suka akan kelembutan mereka.
Melakukan
pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan
Contoh:
Anak itu tidak malas dan curang, tetapi rajin dan jujur.
Anak itu tidak malas dan curang, tetapi rajin dan jujur.
Mempergunakan
partikel penekanan (penegasan).
Contoh:
Saudaralah yang bertanggung jawab.
Saudaralah yang bertanggung jawab.
4)
Kehematan
Yang
dimaksud dengan kehematan dalam kalimat efektif adalah hemat mempergunakan
kata, frasa, atau bentuk lain yang dianggap tidak perlu. Kehematan tidak
berarti harus menghilangkan kata-kata yang dapat menambah kejelasan kalimat.
Peghematan di sini mempunyai arti penghematan terhadap kata yang memang tidak
diperlukan, sejauh tidak menyalahi kaidah tata bahasa.
Ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan.
Ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan.
Penghematan
dapat dilakukan dengan cara menghilangkan pengulangan subjek.
Perhatikan contoh:
Karena ia tidak diundang, dia tidak
datang ke tempat itu.
Hadirin serentak berdiri setelah mereka mengetahui bahwa presiden datang.
Hadirin serentak berdiri setelah mereka mengetahui bahwa presiden datang.
Perbaikan
kalimat itu adalah sebagai berikut.
Karena tidak diundang, dia tidak datang ke tempat itu.
Hadirin serentak berdiri setelah mengetahui bahwa presiden datang.
Karena tidak diundang, dia tidak datang ke tempat itu.
Hadirin serentak berdiri setelah mengetahui bahwa presiden datang.
Penghematan
dapat dilakukan dengan cara menghindarkan pemakaian superordinat pada hiponimi
kata.
Perhatikan contoh:
a. Ia memakai baju warna merah.
b. Di mana engkau menangkap burung
pipit itu?
Kata merah sudah mencakupi kata
warna.
Kata pipit sudah mencakupi kata burung.
Kata pipit sudah mencakupi kata burung.
Kalimat
itu dapat diubah menjadi
a. Ia memakai baju merah.
b. Di mana engkau menangkap pipit itu?
a. Ia memakai baju merah.
b. Di mana engkau menangkap pipit itu?
Penghematan
dapat dilakukan dengan cara menghindarkan kesinoniman dalam satu kalimat.
Perhatikan kalimat-kalimat di bawah
ini.
a. Dia hanya membawa badannya saja.
b. Sejak dari pagi dia bermenung.
Kata naik bersinonim dengan ke atas.
Kata turun bersinonim dengan ke bawah.
Kata turun bersinonim dengan ke bawah.
Kalimat
ini dapat diperbaiki menjadi
a.
Dia hanya membawa badannya.
b. Sejak
pagi dia bermenung.
Penghematan
dapat dilakukan dengan cara tidak menjamakkan kata-kata yang berbentuk jamak.
Misalnya:
Bentuk tidak baku : para tamu-tamu, beberapa orang-orang
Bentuk tidak baku : para tamu-tamu, beberapa orang-orang
bentuk baku : para tamu, beberapa
orang.
5)
Kecermatan
Yang
dimaksud dengan cermat adalah bahwa kalimat itu tidak menimbulkan tafsiran
ganda.
Dan tepat dalam pilihan kata. Perhatikan kalimat berikut.
Dan tepat dalam pilihan kata. Perhatikan kalimat berikut.
a. Mahasiswa perguruan tinggi yang
terkenal itu menerima hadiah.
b. Dia menerima uang sebanyak dua puluh
lima ribuan.
Kalimat (a) memilikimakna ganda,
yaitu siapa yang terkenal, mahasiswa atau perguran tinggi.
Kalimat (b) memiliki makna ganda, yaitu berapa jumlah uang, seratus ribu rupiah atau dua puluh lima ribu rupiah.
Perhatikan kalimat berikut.
Kalimat (b) memiliki makna ganda, yaitu berapa jumlah uang, seratus ribu rupiah atau dua puluh lima ribu rupiah.
Perhatikan kalimat berikut.
·
Yang
diceritakan menceritakan tentang putra-putri raja, para hulubalang, dan para
menteri.
Kalimat ini salah pilihan katanya
karena dua kata yang bertentangan, yaitu diceritakan dan menceritakan. Kalimat
itu dapat diubah menjadi
Yang diceritakan ialah putra-putri raja, para hulubalang, dan para menteri.
Yang diceritakan ialah putra-putri raja, para hulubalang, dan para menteri.
6)
Kepaduan
Yang
dimaksud dengan kepaduan ialah kepaduan ialah kepaduan pernyataan dalam kalimat
itu sehingga informasi yang disampaikannya tidak terpecah-pecah.
a. Kalimat yang padu tidak bertele-tele
dan tidak mencerminkan cara berpikir yang tidak
simetris.Oleh karena itu, kita
hindari kalimat yang panjang dan bertele-tele.
Misalnya:
Kita harus dapat mengembalikan kepada kepribadian kita orang-orang kota yang telah terlanjur meninggalkan rasa kemanusiaan itu dan yang secara tidak sadar bertindak keluar dari kepribadian manusia Indonesia dari sudut kemanusiaan yang adil dan beradab
Kita harus dapat mengembalikan kepada kepribadian kita orang-orang kota yang telah terlanjur meninggalkan rasa kemanusiaan itu dan yang secara tidak sadar bertindak keluar dari kepribadian manusia Indonesia dari sudut kemanusiaan yang adil dan beradab
b. Kalimat yang padu mempergunakan pola
aspek + agen + verbal secara tertib dalam
kalimat-kalimat yang berpredikat
pasif persona.
Contoh:
Surat itu saya sudah baca.
Saran yang dikemukakannya kami akan
pertimbangkan.
Kalimat
di atas tidak menunjukkan kepaduan sebab aspek terletak antara agen dan verbal.
Seharusnya kalimat itu berbentuk
a. Surat itu sudah saya baca.
b. Saran yang dikemukakannya akan kami pertimbangkan.
a. Surat itu sudah saya baca.
b. Saran yang dikemukakannya akan kami pertimbangkan.
c. Kalimat yang padu tidak perlu
menyisipkan sebuah kata seperti daripada atau tentang
antara predikat kata kerja dan objek
penderita.
Perhatikan kalimat ini :
a. Mereka membicarakan daripada kehendak rakyat.
b. Makalah ini akan membahas tentang desain interior pada rumah-rumah adat.
Seharusnya:
a. Mereka membicarakan kehendak rakyat.
b. Makalah ini akan membahas desain interior pada rumah-rumah adat.
Perhatikan kalimat ini :
a. Mereka membicarakan daripada kehendak rakyat.
b. Makalah ini akan membahas tentang desain interior pada rumah-rumah adat.
Seharusnya:
a. Mereka membicarakan kehendak rakyat.
b. Makalah ini akan membahas desain interior pada rumah-rumah adat.
7)
Kelogisan
Yang
dimaksud dengan kelogisan ialah bahwa ide kalimat itu dapat diterima oleh akal
dan penulisannya sesuai dengan ejaan yang berlaku.
SYARAT-SYARAT KALIMAT EFEKTIF
Syarat-syarat
kalimat efektif adalah sebagai berikut:
1. Secara tepat mewakili pikiran pembicara atau penulisnya.
2. Mengemukakan pemahaman yang sama tepatnya antara pikiran
pendengar atau pembaca dengan yang dipikirkan pembaca atau penulisnya.
STRUKTUR KALIMAT EFEKTIF
Struktur kalimat efektif haruslah benar. Kalimat itu harus memiliki
kesatuan bentuk, sebab kesatuan bentuk itulah yang menjadikan adanya kesatuan
arti. Kalimat yang strukturnya benar tentu memiliki kesatuan bentuk dan
sekaligus kesatuan arti. Sebaliknya kalimat yang strukturnya rusak atau kacau,
tidak menggambarkan kesatuan apa-apa dan merupakan suatu pernyataan yang salah.
Jadi,
kalimat efektif selalu memiliki struktur atau bentuk yang jelas. Setiap unsur
yang terdapat di dalamnya (yang pada umumnya terdiri dari kata) harus menempati
posisi yang jelas dalam hubungan satu sama lain. Kata-kata itu harus diurutkan
berdasarkan aturan-aturan yang sudah dibiasakan. Tidak boleh menyimpang, aalagi
bertentangan. Setiap penyimpangan biasanya akan menimbulkan kelainan yang tidak
dapat diterima oleh masyarakat pemakai bahasa itu.
Misalnya,
Anda akan menyatakan Saya menulis surat buat papa. Efek yang
ditimbulkannya akan sangat lain, bila dikatakan:
1. Buat Papa menulis surat saya.
2.
Surat saya menulis buat Papa.
3.
Menuis saya surat buat Papa.
4.
Papa saya buat menulis surat.
5.
Saya Papa buat menulis surat.
6. Buat Papa surat saya menulis.
Walaupun
kata yang digunakan dalam kalimat itu sama, namun terdapat kesalahan. Kesalahan
itu terjadi karena kata-kata tersebut (sebagai unsur kalimat) tidak jelas
fungsinya. Hubungan kata yang satu dengan yang lain tidak jelas. Kata-kata itu
juga tidak diurutkan berdasarkan apa yang sudah ditentukan oleh pemakai bahasa.
Demikinlah
biasanya yang terjadi akibat penyimpangan terhadap kebiasaan struktural
pemakaian bahasa pada umumnya. Akibat selanjutnya adalah kekacauan pengertian.
Agar hal ini tidak terjadi, maka si pemakai bahasa selalu berusaha mentaati
hokum yag sudah dibiasakan.
0 komentar :
Posting Komentar